Iman menurut bahasa artinya percaya. Menurut istilah, iman artinya membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lidah, dan diamalkan dengan perbuatan. Sebagai seorang manusia yang berakal, berilmu pengetahuan dan bijaksana kita wajib percaya adanya Tuhan Pencipta alam semesta, yaitu Allah yang mempunyai sifat kesempurnaan dan Mahasuci dari segala sifat kekurangan. Dan, sebagai muslim kita diwajibkan beriman kepada Allah serta tunduk dan patuh atas segala perintah dan larangan-Nya.
Pengertian iman kepada Allah secara global ialah percaya dan yakin bahwa Allah bersifat dengan segala sifat kesempurnaan dan Mahasuci dari segala sifat kekurangan. Iman kepada Allah berarti meyakini adanya Allah Yang Maha Esa (tiada Tuhan selain Allah, Dia adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia), Maha Pencipta, Pengatur dan Pemelihara alam semesta beserta segala isinya. Ia menciptakan, menghidupkan, dan membinasakan seluruh makhluk-Nya. Kepada-Nya terhimpun segala puji dan puja. Allah bukan tubuh (jisim) sehingga Dia tidak dapat dirupakan, bukan pula benda sehingga Dia tidak mempunyai batas.
Seseorang yang telah beriman disebut mukmin dan seorang perempuan yang beriman disebut mukminat. Percuma percaya kepada malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, dan rasul-rasul Allah jika tidak beriman kepada Allah. Barangsiapa yang ingkar (kafir) kepada Allah sesungguhnya ia termasuk orang yang sesat sejauh-jauhnya.
Untuk mencapai tauhid yang mutlak yang telah ditentukan agama Islam dan juga untuk menyucikan iman kepada Allah, hendaklah diyakini sepernuhnya segala sifat kesempurnaan Allah yang layak dengan kebesaran dan keagungan-Nya. Sebaliknya, tidak mungkin/masuk akal Allah mempunyai sifat-sifat yang tidak layak dan mencemarkan derajat ketuhanan, serta mungkin bagi-Nya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Secara ringkas, semua sifat itu dalam ilmu tauhid disebut wajib, mustahil, dan jaiz.
Sifat Allah tidak terhingga, tetapi secara terperinci (tafsili) yang wajib diyakini ada 20 sifat utama, apabila diringkas menjadi sifat 13. Demikian pula ada 20 atau 13 sifat lawannya, yaitu sifat mustahil bagi zat yang Mahasuci itu. Beberapa sifat Allah yang wajib diyakini tersebut adalah wujud dan qidam.
Wujud artinya ada, mustahil Allah bersifat ‘adam artinya tidak ada. Wujud (adanya) Allah dapat dibuktikan dengan adanya alam semesta yang indah beserta segala kelengkapannya yang berjalan menurut aturan. Alam tidak mungkin ada dengan sendirinya. Alam mengikuti suatu kekuatan yang mengatur sehingga tidak pernah menyimpang dari garis yang telah ditentukan. Dia-lah Allah, Tuhan yang menciptakan dan menjadi penguasa alam semesta dan raja kita.
Sebagaimana Firman Allah SWT berikut ini:
ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
Artinya :
“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.”(QS Al An’am 6:102)
Bahkan Albert Einsten (seorang ilmuwan terbesar pada abad ke-20) dengan perhitungan yang ia buat dalam fisika teori telah menunjukkan kepada kita tentang adanya Tuhan. Ia menyimpulkan bahwa : “alam semesta tidak mungkin statis.” Tetapi, ia mendiamkan penemuannya ini hanya agar tidak bertentangan dengan model alam semesta statis yang diakui luas oleh masyarakat barat pada waktu itu. Namun di kemudian hari, ia menyadari tindakannya ini sebagai kesalahan terbesar dalam karirnya.
Apa arti mengembangnya alam semesta ?
Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa “titik tunggal” ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki “volume nol” dan “kepadatan tak hingga”. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini. Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan “big bang” dan teorinya dikenal dengan nama “teori big bang”. Perlu dikemukakan bahwa “volume nol” merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep “ketiadaan” yang berada di luar batas pemahaman manusia hanya dengan menyatakannya sebagai “titik bervolume nol”. Sebenarnya, “sebuah titik tak bervolume” berarti “ketiadaan”. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, baru ditemukan fisika modern pada abad 20, namun Alquran telah menyatakannya sejak 1400 tahun yang lalu dalam QS Asy Syura 42:11 sebagai berikut:
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ....
Artinya:
(Dia) Pencipta langit dan bumi…..(QS Asy Syura 42:11)
Teori big bang menunjukkan kepada kita bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS Al Anbiya 21:30 berikut :
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Artinya:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”(QS. Al Anbiya 21:30)
Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui big bang (ledakan raksasa dari satu titik tunggal dan membentuk alam semesta ini dengan cara pemisahan satu dari yang lain). Big bang, fakta ini merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta ini telah diciptakan dari ketiadaan, dengan kata lain ia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Menciptakan, yaitu Allah SWT.
Selain itu, seorang filosof Xenophanes (580-470SM) mengatakan bahwa ’Tuhan Yang Esa itu tidak dijadikan, tidak bergerak, berubah-ubah, dan ia penguasa seluruh alam.
Qidam artinya dahulu (tidak ada permulaan), mustahil Allah bersifat hudus artinya baru.
Allah terjadi dengan sendirinya, tidak bermulaan, dan tidak berkesudahan, sedangkan makhluk-Nya adalah baru karena semua makhluk diciptakan dan mempunyai sebab kejadiannya. Tidak dapat diterima oleh akan bahwa sesuatu akan terjadi tanpa sebab.
Sebagaimana firman Allah SWT berikut :
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya:
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al Hadid 57:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar