Iman kepada kitab Allah merupakan rukun iman yang ketiga. Beriman kepada kitab Allah berarti kita harus mempercayai dan mengamalkan segala sesuatu yang terkandung di dalam kitab tersebut. Kitab Allah adalah kumpulan firman Allah yang dituliskan. Kitab Allah diturunkan kepada para rasul Allah dengan perantaraan malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia. Pada awalnya kumpulan firman Allah belum tertulis. Kemudian, para sahabat menuliskannya pada lempengan batu, kulit, dan tulang.
Dalam Al Quran disebutkan bahwa terdapat empat buah kitab Allah SWT, yaitu Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa Alaihi Salam, Zabur kepada Nabi Daud Alaihi Salam, Injil kepada Nabi Isa Alaihi Salam, dan Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, kita harus beriman kepada kitab-kitab Allah tersebut. Allah membenarkan bahwa Taurat dan Injil itu Firman Allah namun kitab injil yang dimaksud adalah kitab injil yang di dalamnya mengandung kebenaran bahwa Nabi Isa Alaihi Salam (Isa Al Masih) membawa agama tauhid. Dan belum ada penyelewengan, seperti halnya mengatakan bahwa Nabi Isa Alaihi Salam sebagai anak Tuhan.
1. Pengertian Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Menurut bahasa, iman adalah percaya atau membenarkan. Menurut istilah, iman adalah kepercayaan yan diyakini kebenarannya dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, iman kepada kitab-kitab Allah artinya percaya dan meyakini bahwa Allah SWT mempunyai kitab yang telah diturunkan kepada para rasul-Nya agar menjadi pedoman hidup bagi umat-Nya. Hukum beriman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah fardhu’ain (wajib bagi setiap orang yang beragama Islam). Muslim (Orang Islam) yang tidak mempercayai adanya kitab-kitab Allah maka dinamakan murtad (keluar dari ajaran Islam).
Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِن بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Artinya:
”Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS Al Baqarah 2:213)
Ayat tersebut memberi penjelasan bahwa kitab Al Quran berisi kabar gembira dan peringatan serta memberi petunjuk kepada kebenaran atau jalan yang lurus.
2. Kitab Dan Suhuf
Kitab merupakan tuntunan awal dan keyakinan bagi suatu agama. Dalam Islam kitab mempunyai dua arti, yang pertama perintah dan yang kedua berarti tulisan di atas kertas. Biasanya yang sering dipakai adalah arti yang pertama. Suhuf atau sahifah artinya wahyu yang diterima oleh nabi-nabi dan rasul Allah yang dikumpulkan, yaitu semacam lembaran atau brosur-brosur kecil. Kumpulan suhuf itulah yang dinamakan kitab, bentuknya lebih besar dari suhuf. Kadang-kadang suhuf diartikan juga dengan kitab. Para rasul Allah yang menerima suhuf-suhuf tersebut ialah Nabi Ibrahim Alaihi Salam dan Nabi Musa Alaihi Salam.
Sebagaimana firman Allah SWT berikut:
إِنَّ هَـٰذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَىٰ . صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ
Artinya:
”Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.” (QS Al A’la 87:18-19)
Kitab-kitab Allah sebelum Al Quran terbatas masa berlakunya. Misalnya, kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa Alaihi Salam berlaku selama 600 tahun. Setelah itu, banyak pengikutnya yang menyimpang dari ajaran injil. Al Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berlaku sepanjang masa, sampai akhir zaman. Al Quran berlaku untuk umat pada masa Nabi Muhammad SAW dan umat-umat sesudahnya. Oleh karena itu, Al Quran harus kita imani karena Al Quran terjaga keasliaannya sampai akhir zaman.
3. Pengertian Al Quran
Al Quran berasal dari bahasa Arab ”qaraa” yaitu bentuk masdar dengan arti isim maf’ul (dibaca). Menurut istilah, Al Quran ialah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya termasuk ibadah. Dari pengertian ini, kalam Allah SWT yang diturunkan kepada nabi-nabi selain kepada Nabi Muhammad SAW tidak dinamakan Al Quran, seperti Taurat, Injil, dan Zabur. Demikian pula kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap ibadah seperti hadits qudsi, tidak pula dinamakan Al Quran.
4. Sejarah Turunnya Al Quran
Al Quran diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-40 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau tahun 611 M. Al Quran itu turun melalui Malaikat Jibril di Gua Hira yang terletak di Jabal Nur, sebelah utara Masjidil Haram sekitar lebih kurang 6 km. Jabal Nur dan Gua Hira merupakan peninggalan penting dalam sejarah Islam karena di tempat itulah Rasulullah SAW menerima wahyu yang pertama, yaitu surat Al Alaq ayat 1-5 yang berbunyi sebagai berikut:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ . اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ . الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ . عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artinya:
”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam . Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al Alaq 96:1-5)
Peristiwa turunnya Al Quran dinamakan dengan ”Nuzulul Quran” sehingga setiap tahun umat Islam dunia memperingati malam kejadian turunnya wahyu tersebut.
4.1. Cara-cara Turunnya Al Quran
Nabi Muhammad SAW dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, di antaranya:
· Malaikat memasukkan wahyu Al Quran ke dalam hati Nabi. Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW tidak melihat sesuatu apa pun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi Muhammad SAW mengatakan: ”Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku.”
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِن وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
Artinya:
”Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS Asy Syura 42:51)
· Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
· Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi Muhammad SAW. Kadang-kadang pada keningnya bercucuran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat dingin. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa sangat berat apabila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta.
Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: ”Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Aku lihat Rasulullah SAW ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian, setelah selesai turunnya wahyu barulah beliau kembali seperti biasa.”
· Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al Quran surat An Najm ayat 13 dan 14.
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ . عِندَ سِدْرَةِ الْمُنتَهَىٰ .
Artinya:
”Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha .” (QS An Najm 53:13-14)
4.2. Hikmah Diturunkannya Al Quran Secara Berangsur-angsur
Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari atau 23 tahun dengan perincian 13 tahun di Mekkah dan 10 di Madinah. Hikmah Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur itu antara lain sebagai berikut:
· Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan. Orang akan enggan melaksanakan suruhan, dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak.
· Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Hal ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al Quran diturunkan sekaligus. (Menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh)
· Turunnya ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati manusia.
· Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menanyakan mengapa Al Quran tidak diturunkan sekaligus, sebagaimana tersebut dalam Al Quran surat Al Furqan ayat 32 berikut:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
Artinya
”Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (QS Al Furqan 25:32)
· Di antara ayat-ayat Al Quran ada yang merupakan jawaban dari pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas RA. Hal ini tidak akan dapat terlaksana kalau Al Quran diturunkan sekaligus.
4.3. Isi Kandungan Al Quran
Pada garis besarnya Al Quran sebagai kalam Allah SWT memuat hukum-hukum di antara aqidah, syariah, ibadah, muamalah, akhlak, kisah-kisah masa lampau, berita-berita yang akan datang, dan pengetahuan-pengetahuan Allah SWT lainnya.
5. Keutamaan Al Quran
Al Quran adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab suci Al Quran tidak diragukan lagi kebenarannya, membawa petunjuk bagi orang-orang yang mau beriman kepada Allah SWT. Al Quran juga dibandingkan dengan kitab lainnya, banyak sekali perubahan-perubahan, diantaranya membawa manusia dari alam yang gelap gulita kepada alam yang terang benderang. Dengan kata lain bahwa Al Quran membawa petunjuk yang berupa ilmu pengetahuan sehingga dari yang tidak tahu sama sekali menjadi tahu atau mempunyai ilmu pengetahuan yang banyak. Dari segi itulah keutamaan Al Quran lebih baik daripada kitab-kitab lainnya.
Sebagaimana firman Allah SWT berikut:
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ
Artinya:
”Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan ....” (QS Al Maidah 5:48)
Ayat tersebut menjelaskan keutamaan Al Quran, yaitu sebagai berikut:
a. Membenarkan kepada kitab-kitab sebelumnya. Al Quran membenarkan bahwa Taurat dan Injil itu Firman Allah namun kitab injil yang dimaksud adalah kitab injil yang di dalamnya mengandung kebenaran bahwa Nabi Isa Alaihi Salam (Isa Al Masih) membawa agama tauhid. Dan belum ada penyelewengan, seperti halnya mengatakan bahwa Nabi Isa Alaihi Salam sebagai anak Tuhan.
b. Sebagai ukuran menentukan benar-tidaknya ayat-ayat yang berada dalam kitab-kitab sebelumnya (kitab-kitab yang lain).
c. Menjadi penerang bagi aturan dan syariat untuk umat Nabi Muhammad SAW dan umat sebelumnya.
6. Al Quran Sebagai Pedoman Hidup
Sebaik-baik putusan adalah putusan yang berlandaskan Al Quran. Semulia-mulianya umat adalah umat yang bersendikan Al Quran. Nabi Muhammad SAW berwasiat kepada umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya agar manusia di akhir zaman selalu berpedoman kepada Al Quran dan hadits. Barangsiapa yang berpedoman kepada keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya.
Alangkah baiknya kaum yang memiliki adat-istiadat/seni-budaya yang berdasarkan syariat dan syariat berdasarkan Al Quran.
Al Quran ialah kitab suci terakhir dan sempurna sebab tidak ada lagi kitab sesudahnya. Al Quran adalah kitab dari seluruh kitab yang isinya sudah tetap untuk sepanjang zaman serta untuk seluruh manusia. Oleh sebab itu, Al Quran harus dipergunakan sebagai pedoman, tuntunan, dan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari bagi seluruh umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.
7. Fungsi Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Iman kepada kitab-kitab Allah termasuk rukun iman yang ketiga. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia perlu aturan agar hidupnya bisa teratur. Manusia perlu tuntunan agar dia tidak tersesat. Aturan dan tuntunan itu harus benar dan tidak berubah-ubah. Peraturan yang tidak berubah-ubah adalah kitab yang ditetapkan dan datangnya dari Allah Yang Maha Sempurna, sedangkan kitab merupakan karangan manusia (seperti buku-buku ilmu pengetahuan) pasti memiliki banyak kelemahan, seperti lemahnya manusia itu sendiri. Dengan diturunkannya kitab Allah SWT manusia memperoleh petunjuk dan selamat di dunia dan di akhirat.
Adapun fungsi iman kepada kitab-kitab Allah adalah sebagai berikut:
a. Memperkuat iman kepada adanya para malaikat, maksudnya bahwa Allah menurunkan para malaikat untuk menjalankan tugas Tuhannya sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan terhadap makhluk-Nya. Melalui para malaikat tersebut Allah menurunkan kitab-kitab-Nya. Malaikat tersebut ialah malaikat Jibril atau ”ruhul amin” (yang dipercaya) dan ”ruhul qudus” (yang suci). Dalam kitab-kitab Allah tersebut dijelaskan tentang sifat-sifatnya, tugas, keberadaan, dan jumlahnya. Semua itu hanya Allah yang tahu pasti karena hal itu merupakan rahasia Allah SWT.
b. Memperkuat iman adanya rasul Allah SWT, maksudnya bahwa para rasul diturunkan Allah merupakan bukti kebenaran adanya mukjizat. Kitab suci merupakan mukjizat bagi rasul yang menerimanya karena kitab suci berisi suruhan atau larangan agar dilaksanakan oleh para umatnya. Kitab suci merupakan masalah yang berada di luar jangkauan akal manusia untuk diketahuinya. Kitab suci merupakan himpunan firman Allah SWT yang diturunkan melalui rasul-Nya.
c. Memperkuat iman kepada Allah SWT, maksudnya bahwa Allah SWT menurunkan kitab suci melalui rasul-Nya agar menjadi pedoman hidup dan kehidupan selama di dunia.
d. Keyakinan keberadaan kitab suci mendorong manusia untuk berbuat baik dan menjauhi segala yang dilarang agar kehidupan dalam beribadah kepada Tuhannya berjalan dengan lancar dan kerukunan hidup bisa terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar